Sabtu, 14 April 2012
faedah dzikir
DUA PULUH FAIDAH DZIKIR
Dzikrullah (mengingat Allah) merupakan amalan yang sangat agung. Ia
merupakan sebab diturunkannya berbagai nikmat. Penolak segala bala’ dan
musibah. Ia merupakan sebab kuatnya hati, penyejuk hati manusia. Ruh
kehidupan, sekaligus sebab hidupnya ruh itu sendiri.
Betapa seorang hamba teramat butuh akan dzikrullah, dan tidak merasa
cukup dengannya dalam berbagai situasi dan kondisi. Allah Ta’ala
berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah
(dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS. Al
Ahzab : 41). Allah juga berfirman (yang artinya), “Laki-laki dan
perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan
untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Ahzab: 35).
Banyaknya perintah berdzikir ini menunjukkan bahwa seorang hamba teramat
butuh terhadap dzikrullah. Hendaknya dia tidak meninggalkannya sekejap
mata sekalipun. Dari Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu’anhu, Nabi
shallallaahu alaihi wa sallam bersabda, “Permisalan orang yang mengingat
Rabbnya dengan orang yang tidak mengingat Rabbnya bagaikan orang yang
hidup dengan orang yang mati” (HR. Bukhari). Oleh karena itu dzikir
memiliki banyak sekali faidah, sebagaimana disebutkan Ibnul Qayyim
rahimahullah dalam kitab “Al Wabilush Shayyib”, diantaranya adalah
sebagai berikut:
Dzikir dapat mengusir setan, mendesak, dan menghancurkannya.
Menguatkan hati, badan, menjadi cahaya bagi hati, dan sebab
datangnya rizki.
Menumbuhkan cinta dan menyegarkan jiwa pelakunya. Menumbuhkan rasa
cinta yang itu merupakan ruh bagi Islam, gerigi bagi agama, poros
kebahagiaan dan kesuksesan.
Menumbuhkan muroqobah, merasa selalu diawasi oleh Allah, sehingga
seorang hamba akan mencapai derajat ihsan dalam beribadah dan merasa
bahwa Allah senantiasa melihatnya dalam segala yang dilakukannya.
Memupuk sifat al inabah (kembali pada Allah) dan kedekatan dengan-Nya,
sehingga setiap kali berdzikir ia akan semakin merasa dekat dengan-Nya.
Allah akan mengingat dirinya. Sebagaimana firman-Nya (yang artinya),
“Berdzikirlah kalian kepada-Ku, niscaya (pasti) Aku akan mengingat
kalian” (QS. Al Baqarah : 152).
Menghidupkan hati. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata,
“Permisalan dzikir bagi hati adalah bagaikan air dengan ikan. Bagaimana
jika ikan itu berpisah dengan air? Ia tentu akan sekarat dan mati, maka
seperti itu pulalah hati (jika tidak berdzikir –pent)”.
Membersihkan “karat” di dalam hati. Setiap benda akan berkarat dan
karatnya hati ialah al ghaflah (kelalaian) dan al hawa (hawa nafsu).
Semua itu akan hilang dengan sebab dzikir, taubat, dan istighfar.
Dzikir juga akan menghapuskan kesalahan dan dosa, karena ia
merupakan kebaikan yang paling agung. Setiap kebaikan akan menghapuskan
keburukan dan dosa. Sebagaimana firman Allah (yang artinya),
“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan
perbuatan-perbuatan yang buruk.” (QS. Hud: 114)
Sebab diturunkannya rahmat dan sakinah (ketenangan) dari Allah.
“Tidaklah suatu kaum berkumpul dalam salah satu rumah Allah. Mereka
membaca Kitabullah dan saling mempelajarinya diantara mereka. Melainkan
ketenangan akan turun kepada mereka, rahmat akan menyelimuti mereka,
malaikat akan menaungi mereka, dan Allah akan menyebut-nyebut nama
mereka di tengah makhluk yang ada di sisi-Nya”. (HR. Muslim)
Sebab tersibukkannya lisan dari ghibah, namimah, perkataan dusta,
keji, dan kebatilan. Barangsiapa yang menghiasi lisannya dengan
dzikrullah, Allah akan membentenginya dari kebatilan, yaitu dari
beratnya akibat dosa perkataan. Sebaliknya, barangsiapa yang lisannya
kering dari dzikir, ia akan membasahinya dengan kebatilan, laa haula wa
laa quwwata illa billah.
Dzikir merupakan tumbuhan surga. Disebutkan dalam sebuah hadits,
“Barangsiapa yg membaca: Subhaanallaahil ‘azhiimi wabihamdih maka
ditanam untuknya sebatang pohon kurma di surga.” (HR. Tirmidzi,
dishahihkan oleh Al Albani)
Merutinkan berdzikir kepada Allah akan menjaga diri dari melupakan
Allah ‘Azza wa Jalla. Melupakan Allah adalah sebab penderitaan hamba,
dalam kehidupan dunia maupun di akhirat. Melupakan Allah akan
membuatnya lupa terhadap diri dan kemaslahatan dirinya sendiri. “Dan
janganlah keadaan kamu seperti orang-orang yang melupakan Allah, lalu
Allah pun membuatnya lupa kepada dirinya sendiri; itulah orang-orang
yang fasik.” (QS. Al Hasyr : 19)
Dzikir akan mendekatkan pelakunya dengan Dzat yang ia sebut-sebut
dalam dzikirnya. Allah akan senantiasa bersamanya. Kebersamaan (al
ma’iyah) yang dimaksud ialah kebersamaan dalam cinta, pembelaan,
pertolongan, dan taufik (bukan secara Dzat –pen). “Sesungguhnya Allah
bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat
kebaikan.” (QS. An Nahl : 142) “Janganlah bersedih, sungguh Allah
bersama kita” (QS. At Taubah : 40). Sebagaimana pula dalam hadits qudsi,
“Aku senantiasa bersama hamba-Ku selama ia berdzikir kepada-Ku, dan
menggerakkan kedua bibirnya untuk berdzikir.” (HR. Ahmad, dishahihkan Al
Albani).
Dzikir merupakan obat hati yang keras. Seseorang berkata kepada
Hasan Al Bashri, “Wahai Abu Sa’id, aku mengadu kepadamu tentang kerasnya
hatiku.” Jawab beliau, “Lembutkanlah ia dengan dzikir”. Berkata pula
Mak-hul, “Mengingat Allah merupakan obat, sementara mengingat manusia
adalah penyakit”.
Dzikir merupakan sebab Allah dan para malaikat-Nya bershalawat atas
ahli dzikir. “Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya
(memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari
kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan Dia Maha Penyayang kepada
orang-orang yang beriman.” (QS. Al Ahzab : 41-43)
Allah membanggakan orang-orang yang berdzikir di hadapan para
malaikat-Nya, sebagaimana dalam sebuah hadits dari Abu Sa’id Al Khudri
bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada sebagian
shahabat yang tengah berdzikir, “Apa yang membuat kalian duduk di sini?”
Mereka menjawab, “Kami duduk untuk mengingat Allah ta’ala dan
memuji-Nya atas petunjuk yang Allah berikan kepada kami sehingga kami
bisa memeluk Islam dan nikmat-nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada
kami.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengatakan, “Demi Allah,
apakah kalian tidak ada alasan lain bagi kalian yang membuat kalian
duduk di sini?” Mereka menjawab, “Demi Allah, tidak ada niat kami selain
itu.” Beliau pun bersabda, “Adapun aku, sesungguhnya aku sama sekali
tidak memiliki persangkaan buruk kepada kalian dengan pertanyaanku. Akan
tetapi, Jibril datang kepadaku kemudian dia mengabarkan kepadaku bahwa
Allah ‘azza wa jalla membanggakan kalian di hadapan para malaikat.” (HR.
Muslim)
Dzikir adalah salah satu tujuan pensyariatan amal-amal ibadah. “Dan
tegakkanlah shalat untuk berdzikir kepada-Ku.” (QS. Thaha : 14). Ibnu
Abbas ditanya, “Amal apa yang paling agung?” Beliau menjawab, “Berdzikir
kepada Allah itulah yang terbesar.”
Merutinkan dzikir dapat mengganti sebagian keutamaan ibadah lain.
Suatu ketika para shahabat yang fakir dari kalangan Muhajirin mengadukan
kondisi mereka yang kesulitan dalam menandingi ibadah orang-orang kaya
seperti haji, umrah, dan jihad. Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Maukah aku ajarkan kepada kalian sesuatu yang karenanya
kalian bisa menyusul orang-orang yang mendahului kebaikan kalian, dan
kalian bisa mendahului kebaikan orang-orang sesudah kalian, dan tak
seorang pun lebih utama daripada kalian selain yang berbuat seperti yang
kalian lakukan?” Mereka menjawab, “Baiklah wahai Rasulullah?” Beliau
bersabda, “Kalian bertasbih, bertakbir, dan bertahmid setiap habis
shalat sebanyak 33 kali.” (HR. Muslim)
Banyak berdzikir membebaskan diri dari kemunafikan. “Dan tidaklah
mereka (orang-orang munafik –pent) berdzikir mengingat Allah kecuali
sedikit sekali.” (QS. An Nisaa’ : 142). Ka’ab berkata, “Barangsiapa yang
banyak berdzikir niscaya dia akan terbebas dari kemunafikan”.
Dzikir lebih utama daripada do’a. Karena dzikir merupakan pujian
bagi Allah Ta’ala, sedangkan do’a ialah permintaan. Tambahan dari
penulis: Ibnu Katsir berkata, “Allah memberi karunia-Nya kepada ahli
dzikir, lebih banyak dari yang ia beri kepada ahli do’a.” Hal itu
berdasarkan firmannya, “Berdzikirlah kalian kepada-Ku, niscaya Aku akan
mengingat kalian” (QS. Al Baqarah ayat 152).”
semoga bermanfaat amiin
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar