emenjak berlalunya tahun-tahun yang panjang, dalam kurun waktu yang
lama, kontroversi tentang Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah
dan dakwahnya masih terus berjalan. Antara yang mendukung dan yang
menentang, atau yang menuduh dan yang membela.
Yang perlu diperhatikan mengenai ucapan orang-orang yang menentang
Syaikh yang melontarkan kepada beliau dengan bebagai tuduhan, bahwa
perkataan mereka tak disertai dengan bukti. Apa yang mereka tuduhkan
tidak mempunyai bukti dari perkataan Syaikh, atau didasarkan pada apa
yang telah ditulis dalam kitabnya, tapi hanya sekedar tuduhan yang
dilontarkan oleh pendahulu, kemudian diikuti oleh orang setelahnya.
Saya yakin tak ada seorangpun yang berfikir objektif kecuali dia
mengakui bahwa cara terbaik untuk mengetahui fakta yang sebenarnya
adalah dengan melihat kepada yang bersangkutan, kemudian mengambil
informasi langsung dari apa yang telah disampaikannya.
Kitab-kitab Syaikh dapat kita temui, perkataan-perkataannya pun juga
masih terjaga. Dengan mengacu kepada itu semua akan terbukti apakah
isu-isu tersebut benar atau salah. Adapun tuduhan-tuduhan yang tidak
disertai dengan bukti hanyalah fatamorgana yang tak ada kenyataanya.
Dalam lembaran-lembaran ini, berisi catatan-catatan ringan perkataan
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dengan amanah dinukil dari
kitab-kitabnya yang valid. Saya telah mengumpulkannya dan yang dapat
saya lakukan hanyalah sekedar menyusun.
Catatan berisi jawaban-jawaban langsung dari Syaikh terhadap
tuduhan-tuduhan kepada beliau yang dilancarkan oleh para penentangnya.
Dengan jelas ditepisnya segala apa yang dituduhkan. Saya yakin –dengan
taufiq dari Allah .- hal itu cukup untuk menjelaskan kebenaran bagi
siapa yang benar-benar mencarinya.
Adapun yang membangkang terhadap Syaikh dan dakwahnya, senang
menyebarkan kedustaaan dan kebohongan, perlu saya katakan kepada mereka :
kasihanilah dirimu sesungguhnya kebenaran akan jelas, agama Allah akan
menang dan matahari yang bersinar terang tak akan bisa ditutupi dengan
telapak tangan.
Inilah perkataan Syaikh menjawab tuduhan-tuduhan tersebut, kalau Anda
mendapatkan perkataan Syaikh yang mendustakannya maka tampakkan dan
datangkanlah jangan Anda sembunyikan…..! Namun kalau tidak –dan Anda
tidak akan mendapatkannya- maka saya menasehati Anda dengan satu hal :
hendaklah Anda menghadapkan diri kepada Allah dengan menanggalkan segala
hawa nafsu dan fanatisme, meminta kepada-Nya untuk memperlihatkan al
haq dan membimbingmu kepadanya, kemudian Anda fikirkan apa yang telah
dikatakan oleh orang ini (Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab), apakah dia
membawa sesuatu yang bukan dari firman Allah dan sabda Rasul-Nya
Sholallahu ‘Alaihi Wasallam.
Lalu fikirkan sekali lagi: apakah ada jalan keselamatan selain
perkataan yang benar dan membenarkan al haq. Bila telah tampak bagi Anda
kebenaran maka kembalilah kepada akal sehat, menujulah kepada al haq,
sesungguhnya hal itu lebih baik dari pada terus menerus berada dalam
kebatilan, hanya kepada Allah saja segala perkara dikembalikan.
HAKEKAT DAKWAH SYAIKH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHAB
Sebagai permulaan pembahasan kita akan lebih baik kalau kita menukil
beberapa perkataan ringkas Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah
dalam menjelaskan apa yang beliau dakwahkan, jauh dari awan gelap
propaganda yang dilancarkan para penentangnya yang mereka menghalangi
kebanyakan manusia agar jauh dari dakwah tersebut. Beliau mengatakan :
“Aku katakan –hanya bagi Allah segala puji dan karunia dan dengan Allah
segala kekuatan- : sesungguhnya Tuhanku telah menunjukkanku ke jalan
yang lurus, agama lurus agama Ibrahim yang hanif dan dia tidak termasuk
orang-orang musyrik. Dan aku –Alhamdulillah-, tidak mengajak kepada
madzhab salah seorang sufi, ahli fikih, filosof, atau salah satu
imam-imam yang aku muliakan…..
Aku hanya mengajak kepada Allah Yang tiada sekutu bagi-Nya, aku mengajak
kepada sunnah Rasulullah . yang beliau menasehatkan ummatnya dari yang
awal sampai yang akhir untuk selalu mengikutinya. Aku berharap semoga
aku tidak menolak segala kebenaran bila telah sampai kepadaku, bahkan
aku persaksikan kepada Allah, para malaikat dan semua makhluk-Nya,
siapapun diantara kalian yang menyampaikan kebenaran kepadaku, pasti
akan aku terima dengan sepenuh hati, dan aku akan memukulkan ke tembok
setiap perkataan para imamku yang bertentangan dengan kebenaran, kecuali
Rasulullah . karena beliau tidak mengatakan kecuali kebenaran”. (Ad
Durarus Saniyyah: jilid 1, hal: 37,38).
“Dan aku –segala puji hanya milik Allah-, hanyalah mengikuti, bukan
mengada-ada”. (Mu’allafat Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, jilid 5,
hal: 36).
“Gambaran mengenai permasalahan yang sebenarnya adalah aku katakan :
tidak ada yang boleh didoai kecuali Allah saja tiada sekutu bagi-Nya,
sebagaimana Allah berfirman (yang artinya): “maka janganlah kamu berdoa
kepada seorangpun bersamaan dengan Allah” (Q.S. Al Jin : 18).
Allah juga berfirman berkaitan dengan hak Nabi-Nya (yang artinya):
Katakanlah : “Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu
kemudharatan-pun kepadamu dan tidak (pula) sesuatu kemanfaatan” (Q.S. Al
Jin : 21)
Demikianlah firman Allah dan apa yang disampaikan dan diwasiatkan
Rasulullah kepada kita, ….. inilah antaraku denganmu, kalau ada yang
menyebutkan tentangku di luar daripada itu, maka itu adalah dusta dan
kebohongan”. (Ad Durarus Saniyyah : 1/90-91).
Masalah Pertama : I’TIQAD BELIAU TENTANG NABI
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab difitnah para musuhnya dengan
berbagai tuduhan keji berkaitan dengan i’tiqadnya terhadap Nabi, tuduhan
itu berupa :
Pertama : beliau tidak menyakini bahwa Nabi Sholallahu ‘Alaihi Wasallam adalah nabi penutup.
Dikatakan demikian, padahal semua kitab-kitab beliau penuh berisi
tentang bantahan terhadap syubhat itu. Berikut ini menunjukkan
kebohongan tuduhan tersebut, diantaranya dalam perkataan beliau :
“Aku beriman bahwa Nabi kita Muhammad . adalah penutup para nabi dan
rasul. Tidak akan sah iman seorang hamba pun sampai dia beriman dengan
diutusnya beliau serta bersaksi akan kenabiannya”. (Ad Durarus Saniyyah,
jilid 1, hal 32)
“Makhluk paling beruntung, paling agung kenikmatannya dan paling tinggi
derajatnya adalah yang paling tinggi dalam mengikuti dan mencocoki
beliau (Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam) dalam ilmu dan
amalannya”. (Ad Durarus Saniyyah, jilid 2, hal:32)
Kedua : Dia telah menghancurkan hak Nabi Sholallahu ‘Alaihi Wasallam, tidak meletakkan beliau pada kedudukannya yang pantas.
Untuk melihat hakikat beliau sebagai tertuduh, saya nukilkan sebagian
perkataan yang telah beliau tegaskan berkaitan dengan apa yang diyakini
tentang hak Nabi Sholallahu ‘Alaihi Wasallam, beliau berkata:
“Tatkala Allah berkehendak menampakkan tauhid dan kesempurnaan
agama-Nya, agar kalimat-Nya adalah tinggi dan seruan orang-orang kafir
adalah rendah, Allah mengutus Muhammad Sholallahu ‘Alaihi Wasallam
sebagai penutup para nabi dan kekasih Tuhan semesta alam. Beliau terus
menerus dikenal dalam setiap generasi, bahkan dalam Taurat dan Injil
telah disebutkan, sampai akhirnya Allah mengeluarkan mutiara itu, antara
Bani Kinanah dengan Bani Zuhrah. Maka Allah mengutusnya pada saat
terhentinya pengutusan para rasul, lalu menunjukkannya kepada jalan yang
lurus. Beliau mempunyai tanda-tanda dan petunjuk tentang kebenaran
kenabian sebelum diangkat menjadi nabi, yang tanda-tanda tersebut tidak
terkalahkan oleh orang-orang yang hidup pada masanya. Allah membesarkan
beliau dengan baik, mempunyai kehormatan tertinggi pada kaumnya, paling
bagus akhlaknya, paling mulia, paling lembut dan paling benar dalam
berucap, akhirnya kaumnya memberikan julukan dengan Al Amin, karena
Allah telah menciptakan pada beliau keadaan-keadaan bagus dan budi
pekerti yang diridhai-Nya”. (Ad Durarus Saniyyah, jilid 2, hal: 90-91).
“Dan beliau adalah pemimpin para pemberi syafa’at, pemilik Al Maqamul
Mahmud (kedudukan hamba yang paling mulia di hari kiamat), sedang Nabi
Adam . dan orang-orang sesudahnya akan berada di bawah panjinya”. (Ad
Durarus Saniyyah, jilid 1, hal: 86).
“Utusan yang pertama adalah Nabi Nuh Alaihis Salam dan yang paling
akhir serta paling mulia adalah Muhammad Sholallahu ‘Alaihi Wasallam”.
(Ad Durarus Saniyyah, jilid 1, hal:143)
“Beliau telah menyampaikan penjelasan dengan cara terbaik dan paling
sempurna, manusia yang paling menginginkan kebaikan bagi hamba-hamba
Allah, belas kasih terhadap orang-orang yang beriman, telah menyampaikan
risalah, menunaikan amanah, berjihad di jalan Allah dengan
sebenar-benarnya jihad dan terus menerus menyembah Allah sampai beliau
wafat. (Ad Durarus Saniyyah, jilid 2, hal:21).
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah juga mengambil
kesimpulan dari sabda Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam (yang
artinya): Tidaklah sempurna iman salah seorang diantara kamu sampai aku
lebih dia cintai daripada bapaknya, anaknya dan semua manusia. Beliau
mengatakan : “Kewajiban mencintai Rasulullah . melebihi cinta terhadap
diri sendiri, keluarga maupun harta”. (Kitabut Tauhid, hal : 108).
Ketiga : mengingkari syafaat Rasululullah Sholallahu Alaihi Wasallam.
Syaikh berkenan menjawab syubhat ini, beliau mengatakan : “Mereka
menyangka bahwa kami mengingkari syafaat Nabi Sholallahu ‘Alaihi
Wasallam. Maha suci Engkau Allah, ini adalah tuduhan yang besar. Kami
mempersaksikan kepada Allah . bahwa Rasulullah . adalah pemberi syafaat
dan diberi kekuasaan oleh Allah untuk memberi syafaat, pemilik Al
Maqamul Mahmud. Kita meminta kepada Allah Yang Maha Mulia, Tuhan Arsy
yang agung untuk memberikan syafaat kepada beliau untuk kita, dan
mengumpulkan kita di bawah panjinya”. (Ad Durarus Saniyyah, jilid 1,
hal: 63-64)
Syaikh telah menjelaskan sebab penyebaran propaganda dusta ini,
beliau berkata: “Mereka itu ketika aku sebutkan apa yang telah
disebutkan Allah dan Rasul-Nya . serta semua ulama dari segala golongan,
tentang perintah untuk ikhlas beribadah kepada Allah, melarang dari
menyerupakan diri dengan Ahlul Kitab sebelum kita yang mereka itu
menjadikan ulama dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah,
mereka mengatakan : kamu merendahkan para nabi, orang-orang shalih dan
para wali!”. (Ad Durarus Saniyyah, jilid 2, hal: 50)
Masalah Kedua : TENTANG AHLUL BAIT
Termasuk tuduhan yang diarahkan kepada Syaikh : beliau tidak
mencintai Ahlul Bait Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam dan
menghancurkan hak mereka. Jawaban atas pernyataan ini : Apa yang
dikatakan itu bertentangan dengan kenyataan, bahkan Syaikh Muhammad bin
Abdul Wahhab rahimahullah mengakui akan hak mereka untuk dicintai dan
dimuliakan. Beliau konsisten dengan hal ini bahkan mengingkari orang
yang tidak seperti itu. Beliau rahimahullah berkata :
“Allah telah mewajibkan kepada manusia berkaitan dengan hak hak terhadap
ahlul bait. Tidak boleh bagi seorang muslim menjatuhkan hak-hak mereka
dengan mengira ini adalah termasuk tauhid, padahal hal itu adalah
perbuatan yang berlebih-lebihan. Kita tidak mengingkari kecuali apa yang
mereka lakukan berupa penghormatan terhadap ahlul bait disertai dengan
keyakinan mereka pantas untuk disembah, atau penghormatan terhadap
mereka yang mengaku dirinya pantas disembah”. (Mu’allafatus Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab, jilid 5, hal:284)
Dan bagi siapa saja yang mau memperhatikan biografi Syaikh Muhammad
bin Abdul Wahhab akan membuktikan apa yang telah dia katakan. Cukuplah
diketahui beliau telah menamai enam dari tujuh putranya dengan nama para
ahlul bait yang mulia –semoga Allah merahmati mereka. Keenam putra itu
adalah : Ali, Abdullah, Husain, Hasan, Ibrahim dan Fatimah. Ini
merupakan bukti yang jelas menunjukkan betapa besar kecintaan dan
penghargaannya terhadap ahlul bait.
Masalah Ketiga : KAROMAH PARA WALI
Beredar isu di kalangan orang bahwa Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
mengingkari karomah para wali. Menepis kebohongan ini, di beberapa
tempat Syaikh rahimahullah telah merumuskan aqidah beliau yang tegas
berkaitan dengan masalah ini, berbeda jauh dengan apa yang selama ini
tersebar. Diantaranya terdapat di dalam sebuah perkataannya tatkala
beliau menerangkan tentang aqidah beliau :
“Dan aku meyakini tentang karomah para wali”. (Ad Durarus Saniyyah, jilid 1, hal:32)
Bagaimana mungkin beliau dituduh dengan tuduhan tersebut, padahal dia
mengatakan bahwa orang yang mengingkari karomah para wali adalah ahli
bid’ah dan kesesatan, beliau berkata:
“Dan tidak ada seorangpun mengingkari karomah para wali kecuali dia
adalah ahli bid’ah dan kesesatan”. (Muallafatus Syaikh Muhammad bin
Abdul Wahhab, jilid 1, hal: 169)
Masalah Keempat : TAKFIR (Pengkafiran -red)
Termasuk perkara terbesar yang disebarkan berkenaan dengan Syaikh dan
orang-orang yang mencintainya adalah dikatakan mengkafirkan khalayak
kaum muslimin dan pernikahan kaum muslimin tidak sah kecuali kelompoknya
atau yang hijrah kepadanya. Syaikh telah menepis syubhat ini di
beberapa tempat, diantara pada perkataan beliau :
“Pendapat orang bahwa saya mengkafirkan secara umum adalah termasuk
kedustaan para musuh yang menghalangi manusia dari agama ini, kita
katakan : Maha Suci Engkau Allah, ini adalah kedustaan besar”. (Ad
Durarus Saniyyah, jilid 1, hal: 100)
“Mereka menisbatkan kepada kami berbagai macam kedustaan, fitnah pun
semakin besar dengan mengerahkan terhadap mereka pasukan syetan yang
berkuda maupun yang berjalan kaki. Mereka menebarkan berita bohong yang
seorang yang masih mempunyai akal merasa malu untuk sekedar
menceritakannya apalagi sampai tertipu. Diantaranya apa yang mereka
katakan bahwa aku mengkafirkan semua manusia kecuali yang mengikutiku
dan pernikahan mereka tidak sah. Sungguh suatu keanehan, bagaimana
mungkin perkataan ini bisa masuk kedalam pikiran orang waras. Dan apakah
seorang muslim akan mengatakan seperti ini. Aku berlepas diri kepada
Allah dari perkataan ini, yang tidak bersumber kecuali dari orang yang
berpikiran rusak dan hilang kesadarannya. Semoga Allah memerangi
orang-orang yang mempunyai maksud-maksud yang batil”. (Ad Durarus
Saniyyah, jilid 1, hal 80)
“Aku hanya mengkafirkan orang yang telah mengetahui agama Rasulullah .
kemudian setelah dia mengetahuinya lantas mengejeknya, melarang manusia
dari memeluk agama tersebut dan memusuhi orang yang berpegang dengannya.
Tetapi kebanyakan umat –alhamdulillah- tidaklah seperti itu”. (Ad
Durarus Saniyyah : 1/73)
Masalah Kelima : ALIRAN KHAWARIJ
Sebagian orang ada yang menuduh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
bahwa dia berada di atas aliran khawarij yang mengkafirkan manusia hanya
karena kemaksiatan biasa. Untuk menjawabnya kita ambil dari redaksi
perkataan Syaikh rahimahullah sendiri. Beliau rahimahullah berkata :
“Aku tak menyaksikan seorang pun dari kaum muslimin bahwa dia masuk
surga atau masuk neraka kecuali orang yang telah disaksikan Rasulullah
Sholallahu ‘Alaihi Wasallam. Akan tetapi aku mengharapkan kebaikan bagi
orang yang berbuat baik, dan mengkhawatirkan orang yang berbuat jahat.
Aku tidak mengkafirkan seorang dari kaum muslimin pun hanya karena dosa
biasa dan aku tak mengeluarkannya dari agama Islam”. (Ad Durarus
Saniyyah, jilid 1, hal:32)
Masalah Keenam : TAJSIM (Menjisimkan/ menyerupakan Allah dengan makhluk)
Termasuk yang digembar-gemborkan juga tentang Syaikh adalah beliau
dianggap mujassim, yaitu menyerupakan sifat-sifat Allah dengan
sifat-sifat makhluk. Beliau telah menerangkan keyakinan dia tentang
masalah ini dan ternyata sangat jauh dengan apa yang telah dituduhkan
padanya, beliau berkata :
“Termasuk beriman kepada Allah adalah: beriman dengan apa yang Allah
sifati terhadap Dzat-Nya di dalam kitab-Nya, atau melalui sabda
Rasul-Nya, tanpa adanya tahrif (merubah teks maupun makna dari nash
aslinya -pent) ataupun ta’thil (menafikan sebagian atau semua
sifat-sifat Allah yang telah Allah tetapkan terhadap diri-Nya -pent),
bahkan aku beri’tikad bahwa tidak ada sesuatupun yang menyerupai Allah
., Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat. Maka aku tidak menafikan dari
Allah sifat yang telah Dia tetapkan terhadap diri-Nya, aku tidak merubah
perkataan Allah dari tempat-tempatnya, aku tidak menyimpang dari
kebenaran dalam nama dan sifat-sifat Allah. Aku tidak menggambarkan
bagaimana sebenarnya sifat-sifat Allah dan juga tidak menyamakannya
dengan sifat-sifat makhluk, karena Dia Maha Suci, tiada yang menyamai,
tiada yang setara dengan-Nya, tidak memiliki tandingan dan tidak pantas
diukur dengan makhluk-Nya. Karena Allah. Yang paling mengetahui tentang
diri-Nya dan tentang yang selain-Nya. Dzat Yang paling benar firman-Nya
dan paling bagus dalam perkataan-Nya. Allah menyucikan diri-Nya dari
dari apa yang dikatakan oleh para penentang yaitu ahli takyif
(menggambarkan hakikat sifat-sifat Allah) maupun ahli tamtsil
(menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya). Juga mensucikan diri-Nya dari
pengingkaran ahli tahrif maupun ahli ta’thil, maka Dia berfirman (yang
artinya): Maha Suci Tuhanmu Yang mempunyai keperkasaan dari apa yang
mereka katakan, dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Dan
segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam (Q.S. As Shaffat :
180-182) (Ad Durarus Saniyyah, jilid 1, hal:29)
“Dan sudah dimaklumi bahwa ta’thil adalah lawan dari tajsim, ahli
ta’thil adalah musuh ahli tajsim, sedang yang haq adalah yang berada di
antara keduanya”. (Ad Durarus Saniyyah, jilid 11, hal:3)
Masalah Ketujuh : MENYELISIHI PARA ULAMA
Sebagian manusia mengatakan bahwa Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
telah menyelisihi semua ulama dalam dakwahkannya, tidak melihat kepada
perkataan mereka, tidak mengacu kepada kitab-kitab mereka dan beliau
membawa barang baru serta membuat madzhab kelima.Orang yang paling bagus
dalam menjelaskan bagaimana hakikatnya adalah beliau sendiri. Beliau
berkata :
“Kami mengikuti Kitab dan Sunnah serta mengikuti para pendahulu yang
shalih dari umat ini dan mengikuti apa yang menjadi sandaran perkataan
para imam yang empat : Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit, Malik bin Anas,
Muhammad bin Idris (As Syafi’i) dan Ahmad bin Hanbal semoga Allah
merahmati mereka”. (Muallafatus Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, jilid
5, hal: 96)
“Bila kalian mendengar aku berfatwa dengan sesuatu yang dengannya aku
keluar dari kesepakatan (ijma’) ulama, sampaikan perkataan itu
kepadaku”. (Ad Durarus Saniyyah, jilid 1, hal: 53)
“Bila kalian menyangka bahwa para ulama bertentangan dengan apa yang aku
jalani, inilah kitab-kitab mereka ada di depan kita”. (Ad Durarus
Saniyyah jilid 2, hal: 58)
“Aku membantah seorang bermadzhab hanafi dengan perkataan ulama-ulama
akhir dari madzhab hanafi, demikian juga penganut madzhab Maliki,
Syafi’i dan Hanbali, semua saya bantah hanya dengan perkataan
ulama-ulama mutaakhirin yang menjadi rujukan dalam madzhab mereka”. (Ad
Durarus Saniyyah, jilid 1, hal:82)
“Secara global yang saya ingkari adalah : keyakinan terhadap selain
Allah dengan keyakinan yang tidak pantas bagi selain Allah. Bila Anda
dapati aku mengatakan sesuatu dari diriku sendiri, maka buanglah. Atau
dari kitab yang kutemukan sedang disepakati untuk tidak diamalkan,
buanglah. Atau saya menukil dari ahli madzhabku saja, buanglah. Namun
bila aku mengatakannya berdasarkan kepada perintah Allah dan Rasul-Nya .
atau berdasarkan ijma’ ulama dari segala madzhab, maka tidaklah pantas
bagi seorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir berpaling darinya
hanya karena mengikuti seorang ahli di zamannya atau ahli daerahnya,
atau hanya karena kebanyakan manusia di zamannya berpaling darinya”. (Ad
Durarus Saniyyah, jilid1,hal:76)
PENUTUP
Sebagai penutup, disini ada dua nasehat yang disampaikan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab :
Pertama : bagi orang yang berusaha menentang dakwah ini berikut semua
pengikutnya, serta mengajak manusia untuk menentangnya lalu melontarkan
beraneka ragam tuduhan dan kebathilan. Bagi mereka Syaikh berkata :
“Saya katakan bagi yang menentangku, bahwa sudah menjadi kewajiban bagi
semua manusia untuk mengikuti apa yang telah diwasiatkan oleh Nabi .
terhadap umatnya. Aku katakan kepada mereka : kitab-kitab itu ada pada
kalian, perhatikanlah kandungannya, jangan kalian mengambil perkataanku
sedikitpun. Hanya saja apabila kalian telah mengerti sabda Rasulullah
Sholallahu ‘Alaihi Wasallam di dalam kitab-kitabmu itu maka ikutilah
meskipun berbeda dengan kebanyakan manusia… Janganlah kalian mentaatiku,
dan jangan mentaati kecuali perintah Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi
Wasallam yang ada di dalam kitab-kitab kalian…
Ketahuilah tidak ada yang bisa menyelamatkan kalian kecuali mengikuti
Rasulullah .. Dunia akan berakhir, namun surga dan neraka jangan sampai
ada orang berakal yang melupakannya”. (Ad Durarus Saniyyah, jilid 1,
hal:89-90)
“Aku mengajak orang yang menyelisihiku kepada empat perkara : kepada
Kitabullah, kepada sunnah Rasulullah ., atau kepada ijma’ kesepakatan
ahli ilmu. Apabila masih membangkang aku mengajaknya untuk mubahalah”.
(Ad Durarus Saniyyah : 1/55)
Kedua : bagi yang masih bimbang. Syaikh berkata : “Hendaklah Anda banyak
merendah dan menghiba kepada Allah, khususnya pada waktu-waktu yang
mustajab, seperti pada akhir malam, di akhir-akhir shalat dan setelah
adzan.
Juga perbanyaklah membaca doa-doa yang diajarkan Rasulullah Sholallahu
‘Alaihi Wasallam, khususnya doa yang tercantum dalam As Shahih bahwa
Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam berdoa dengan mengucap (yang
artinya): Wahai Allah Tuhannya Jibril, Mikail dan Israfil, Pencipta
langit dan bumi, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nampak, Engkaulah
Yang Memutuskan hukum diantara hamba-hamba-Mu yang berselisih,
tunjukkanlah kepadaku mana yang haq diantara yang diperselisihkan dengan
izin-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Menunjukkan ke jalan yang lurus bagi
siapa yang Engkau kehendaki. Hendaklah Anda melantunkan doa ini dengan
sangat mengharap kepada Dzat Yang Mengabulkan doa orang kesulitan yang
berdoa kepada-Nya, dan Yang telah Menunjukkan Ibrahim Alaihis Salam
disaat semua manusia menentangnya. Katakanlah : “Wahai Yang telah
mengajari Ibrahim, ajarilah aku”.
Apabila Anda merasa berat dikarenakan manusia menyelisihimu, pikirkanlah
firman Allah Subahahu Wata’ala (yanga artinya) : Kemudian Kami jadikan
kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu,
maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu
orang-orang yang tidak mengetahui. Sesungguhnya mereka sekali-kali tidak
akan dapat menolak dari kamu sedikitpun dari (siksaan) Allah. (Q.S. Al
Jatsiyah : 18-19)
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini,
niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.” (Q.S. Al An’am :
118)
Ingatlah sabda Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam dalam As Shahih
(yang artinya): “Agama Islam bermula dengan keadaan dianggap asing dan
akan kembali dianggap asing seperti saat bermulanya”.
Juga sabda Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam (yang artinya) :
“Sesungguhnya Allah tidak mengambil ilmu ….” Sampai akhir hadits [1],
juga sabda beliau (yang artinya): “Hendaklah kalian mengikuti sunnahku
dan sunnah khulafaur rasyidin yang mendapatkan petunjuk sesudahku”, juga
sabdanya : “Hati-hatilah dengan perkara yang diada-adakan, karena
setiap bid’ah adalah kesesatan”. (Ad Durarus Saniyyah, jilid 1, hal:
42-43)
“Jika telah jelas bagimu bahwa ini adalah al haq yang tidak diragukan
lagi, dan sudah merupakan kewajiban untuk menyebarkan al haq itu serta
mengajarkannya kepada para wanita maupun pria, maka semoga Allah
merahmati orang yang menunaikan kewajiban itu dan bertaubat kepada Allah
serta mengakui al haq itu pada dirinya. Sesungguhnya orang yang telah
bertaubat dari dosanya seperti orang yang tak mempunyai dosa sama
sekali. Semoga Allah menunjukkan kami dan Anda sekalian dan semua
saudara-saudara kita kepada apa yang dicintai dan diridhai-Nya.
Wassalam…” (Ad Durarus Saniyyah, jilid 2, hal:43)2.
Catatan Kaki
[1] Lengkapnya adalah: “Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu dari
dada manusia secara serta merta, akan tetapi mencabutnya dengan
memwafatkan para ulama. Sampai apabila tidak menyisakan seorang yang
alim, manusia akan menjadikan orang-orang bodoh sebagai pemimpin. Mereka
ditanya dan menjawab tanpa ilmu maka mereka tersesat dan menyesatkan
manusia” (HR. Bukhari Muslim).
Makalah ini diterjemahkan oleh Muhammad Hamid Alwi,
dari teks aslinya berjudul: “Tashihu Mafahim Khati’ah”
Sumber: http://www.salafyoun.com/forumdisplay.php?f=35&langid=5
Sebuah Situs yang diasuh oleh Syaikh Muhammad Bin Ramzan Al Hajiry Hafidzahullah
Risalah Syaikh Muhammad Bin Ramzan pernah dimuat dalam Majalah An Nashihah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar